PERSPEKTIF DALAM PERSPEKTIF




Perspektif/per·spek·tif/ /pérspéktif/ (n) Menurut KBBI;
1.       cara melukiskan suatu benda pada permukaan yang mendatar sebagaimana yang terlihat oleh mata dengan tiga dimensi (panjang, lebar, dan tingginya);
2.       Sudut pandang; pandangan;

Dalam hal ini, saya akan menulis perspektif dalam hal sudut pandang. Saya akan mengambil beberapa contoh dari postingan saya di insta-story beberapa waktu yang lalu melalui sistem polling dengan audiens sekitar 200 orang.

POLLING FOTO PERTAMA



Story-polling di atas merupakan pertanyaan saya yang pertama. Foto yang manakah yang lebih baik untuk dicetak? Sebagian besar, sampai  76% orang memilih foto yang atas. Kalau saya pribadi? Iya pilihan saya juga lebih condong pada foto yang di atas. Namun membuat suatu pilihan karena merasa foto yang bawah pun layak untuk dipilih.


Secara tidak langsing, eh langsung saya menyampaikan pertanyaan dari polling tersebut, “LEBIH BAIK MANA? LEBIH BAGUS MANA?”

Sebenarnya tidak ada.

E gimana? Kalau gak ada ngapain nanya Maliiih??

Hehe, poin saya bukan itu kok.

Dari hasil polling tersebut, ada 24% orang yang memilih foto di bawah. Mereka salah? Tentu tidak. Foto itu seni visual, bebas untuk dinikmati. Kembali lagi, ini hanya tergantung perspektif setiap individu yang sudah dijelaskan di awal.

Apakah ada alasan khusus bagi saya untuk memilih foto yang atas? Ada. Bagi saya foto atas terasa lebih ‘kuat’ dalam hal suasana saat pagi hari, kegiatan manusia yang berolah raga, kontras warna antara cahaya matahari dan lapangan meski ini foto hitam putih. Bagi saya nyawa foto di atas lebih kuat, dan tentu lebih saya sukai. Nah apakah pendapat setiap orang yang memilih foto sama dengan saya mempunyai pendapat yang juga sama? Oh tentu saja, TIDAK.

Lalu bagaimana dengan foto di bawah? Kalau menurut saya foto tersebut kesannya lebih santai dan untuk dinikmati, lebih menenangkan juga.

Jadi apakah penilaian kita terhadap sesuatu bisa tergantung suasana hati dan kondisi masing-masing?
Kalau menurut saya, jelas IYA.


MARI BERALIH KE POLLING FOTO NOMOR DUA


Foto di atas sebenarnya adalah foto dengan subjek utama yang sama, dengan pengambilan gambar yang waktunya hanya berbeda beberapa detik saja. Sebenarnya sama dengan foto yang pertama, hanya soal tempat dan subjek utama.

Kali ini pertanyaannya adalah mengenai emosi mana yang lebih menonjol dalam foto. Dalam kenyataannya, sama saja. Sang subjek utama menunjukkan emosi bahagia dan sama-sama tertawa. Bedanya, yang satu melihat ke arah kamera, yang satu lagi tidak.

Lagi-lagi polling menunjukkan perbedaan yang cukup besar. Sekitar 72% orang memilih foto yang bawah. Bagaimana dengan saya sendiri? Untuk pertanyaan kali ini jawaban pun masih serupa dengan mayoritas pilihan.

Lalu apa tolok ukurnya? Jawabannya adalah, kembali ke poin awal; perspektif.

POLLING FOTO NOMOR TIGA


Nah, selama saya jeprat jepret foto apapun, terutama foto dengan tema human interest, dua foto inilah yang menjadi foto favorit saya. Karena bagi saya, foto ini terasa bercerita.

Foto atas :   Dua pria sedang mengisi kekosongan waktunya dengan bermain catur, berlokasi di pasar tradisonal.

Foto bawah : Tiga wanita keturunan India, sedang tertawa bersama sambil melihat handphone salah seorang dari mereka.

Entah apa yang mereka tertawakan, namun saat take dan melihat hasil fotonya, rasanya saya ingin ikut tertawa. Eh benar loh, tertawa itu sangat menular. Meski sama sekali tidak saling mengenal dengan si lawan tawa.

Dalam polling, saya bertanya manakah foto yang lebih bercerita? Ternyata perbedaan persentasenya tidak terlalu tinggi. Hanya berbeda 4% saja.

Bagaimana dari perspektif saya pribadi mengenai foto ini? Mana yang lebih bercerita? Saya juga pilih foto yang bawah. Buktinya dalam polling kali ini, hasilnya hampir imbang.

 Disini saya semakin menyadari jika dalam perspektif menilai seni, tidak ada yang salah maupun benar apalagi secara mutlak.

Deskripsi dalam pikiran mengenai cerita dari sebuah foto pun pastinya beragam.
Karena seni, sangat dekat kaitannya dengan ‘rasa’ masing-masing individu.

POLLING FOTO NOMOR EMPAT



Ini merupakan polling saya yang terakhir. Saya bertanya mengenai ‘kesan karakter yang kuat’.

Dua foto di atas, merupakan dua peserta Parade Karnaval Asia Afrika di Bandung beberapa waktu silam yang sengaja saya ambil secara close up agar karakter serta emosinya lebih tertangkap.
Persentase mayoritas pilihan jatuh pada foto yang bawah, sebesar 70%. Untuk kali ini, berbeda dengan tiga polling lainnya. Saya termasuk dari 30% voter.

Jadi kalau ada pembicaraan seperti “Eh dia karakternya kuat ya ternyata….”

Bisa  jadi saya berpendapat tidak.

“Eh dia sosok idaman banget yaaa….”

Bisa jadi menurut saya tidak. Tergantung, dari sisi mana kita melihat.

’Eh dia bahagia bahagia ya punya pasangan mapan, tajir melintir melilit… bla bla bla...’’

Kalau saya..


Yakinlah, proses pencarian setiap manusia terkait apa yang dibutuhkan maupun diinginkan itu nyatanya berbeda. Apa yang membuat sama? Kalau menurut saya, doktrin secara sosayeti yang sudah melekat kuat lah yang membuat mayoritas manusia mempunyai standar yang sama.


Dari tadi saya selalu berbicara mengenai persentase. Namun poin dari tulisan saya bukan itu.

Poin yang ingin saya sampaikan sederhana saja, bahwa; Perspektif/ sudut pandang setiap orang berbeda. Tidak ada yang dapat atau harus dipaksakan, apalagi dicaci.

Mari hilangkan mindset hanya karena ‘berbeda sedikit’ maka diasingkan, dirundung bahkan dicaci.

Ngomong-ngomong, tulisan kali ini agak serius ya. Kalau begitu saya qasidahan dulu ah karena merasa ada yang kurang…



Tapi jika tulisanku dibaca, ku akan merasa sangat senang karena sudah dapat berbagi 😊

SAMPAI JUMPA DI TULISAN BERIKUTNYA!






Komentar